JAKARTA. Rifan Financindo Berjangka -- Pamor emas sebagai safe haven meredup. Mengutip Bloomberg, harga emas kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange Jumat (7/10) lalu tergelincir 0,08% menjadi US$ 1.251,90 per ons troi. Bahkan dalam sepekan terakhir harganya anjlok 4,95%. Analis Finex Berjangka Nanang Wahyudin menilai, pasar global tampak terpengaruh pada pernyataan Loretta Mester, Presiden The Fed dari negara bagian Cleveland. Ia sempat mengindikasikan kenaikan suku bunga The Fed semakin kuat dan akan terjadi dalam waktu dekat. Tapi ternyata, ketersediaan lapangan kerja swasta di luar sektor pertanian di AS September lalu turun. Jumlah lapangan kerja yang tersedia cuma 156.000, jauh lebih rendah dari prediksi 171.000. Ini membuat ketidakpastian di pasar menguat dan pelaku pasar memilih menempatkan portofolio di dollar AS ketimbang emas. "Keduanya sama-sama safe haven, hanya saja melihat peluang The Fed menaikkan suku bunga, USD dipandang lebih menggiurkan," kata Alwy Assegaf, Analis SoeGee Futures. Selain itu, ada isu Brexit. Selama poundsterling terpuruk akibat beban Brexit, maka dollar AS akan lebih menarik dibandingkan si aurum. "Tapi emas berhasil ditutup di atas US$ 1.250 per ons troi, maka harganya berpotensi rebound," cetus Nanang. Level tersebut merupakan support psikologis bagi emas. Nanang menyebut harga wajar emas seharusnya di kisaran US$ 1.290–US$ 1.300 per ons troi. "Jadi bisa dikatakan emas saat ini sudah undervalue," ungkapnya. Alwy menyebut harga emas juga berpotensi menguat hari ini lantaran ada aksi bargain hunting. Apalagi, ada potensi kurs poundsterling bakal kembali menguat dan dollar AS melemah. Ini akan membuat harga emas naik. Kejar US$ 1.300 Proyeksi Georgette Boele, Currency and Commodity Strategist ABN Amro Bank NV, jika harga emas sudah bergerak di bawah US$ 1.256 per ons troi, maka tren bullish harga emas sudah berakhir. Tapi menurut Alwy, rendahnya harga emas justru jadi daya tarik bagi pelaku pasar. Lihat saja kepemilikan aset emas di Exchange Traded Funds (ETF) per Rabu (5/10), yang justru naik menjadi 2.037,5 ton. Posisi ini mendekati level tertingginya sejak 2013. "Maka peluang harga emas naik dan mengejar level US$ 1.300 per ons troi untuk jangka pendek dan menengah tetap ada," analisa Alwy. Goldman Sachs Inc. juga punya pemikiran serupa. Perusahaan keuangan ini menyarankan pelaku pasar untuk melakukan pembelian strategis emas saat harga tergelincir dan bergerak di bawah US$ 1.250 per ons troi. Hingga akhir tahun, Nanang masih optimistis harga emas bisa terbang ke US$ 1.350 per ons troi. Kenaikan harga bisa bertambah tinggi apabila Donald Trump menang dalam pemilihan Presiden AS. "Kalaupun yang terjadi sebaliknya dan suku bunga naik, harga emas akhir tahun 2016 tetap bertahan di US$ 1.250 per ons troi sebagai support kuat," tambah Alwy. Dari sisi teknikal harian, harga emas memang masih bergerak di bawah moving average 10 dan 55, sehingga mendukung koreksi lanjutan. Garis moving average convergence divergence di area negatif tipis mengarah turun. Hanya saja stochastic level 5 dan relative strength index level 22 sudah masuk area oversold dan memicu potensi rebound dalam waktu dekat. Menurut hitungan Alwy, harga emas hari ini akan rebound terbatas di kisaran US$ 1.242-US$ 1.266,20 per ons troi. Sementara Nanang memperkirakan emas akan bergerak di kisaran US$ 1.230-US$ 1.296 per ons troi dalam sepekan ke depan. http://ptrifan-stc.livejournal.com/4055.html http://rifan-financindo.com/pengusaha-minta-kepastian-soal-penurunan-harga-gas/ Rifan Financindo Berjangka
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2021
Categories |