NEW YORK, Rifanfinancindo - Harga minyak mentah berjangka pada perdagangan Senin (5/12/2016) ditutup di level tertinggi sejak Juli 2015, usai tercapainya kesepakatan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) untuk melakukan pemangkasan produksi. Harga acuan West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari ditutup naik 11 sen (0,2 persen) di level 51,79 dollar AS per barel, dan mencapai harga terbaik sejak Juli 2015. Sementara itu, harga acuan Brent naik 48 sen (0,9 persen) di level 54,94 dollar AS per barel. OPEC sepakat menurunkan produksi, dan menahan di kisaran 32,5 juta barel per hari (bph) mulai 1 Januari 2017. Negara-negara produsen minyak di luar OPEC sepakat menurunkan produksi 600.000 bph, dengan Rusia mengambil porsi separuhnya. Akan tetapi WTI di New York Mercantile Exchange yang pernah menyentuh 52,42 dollar AS per barel menunjukkan keraguam atas kepatuhan terhadap kesepakatan. Laporan terbaru menunjukkan, ada kemungkinan produsen meningkatkan produksi sebelum 1 Januari. "Pasar mencerna beberapa survei yang keluar (Senin), yang menyebutkan produksi November meningkat 300.000 bph. Ada skeptisisme anggota benar-benar memotong produksi pada 1 Januari mendatang," ujar presiden konsultan perusahaan minyak Lipow Oil Associates, Andy Lipow, dikutip dari MarketWatch, Selasa (6/12/2016). Memang, kata dia, Rusia mengerek produksi menjadi 11,2 juta bph pada November. Anggota Tyche Capital Advisors Tariq Zahir menuturkan, harga yang lebih tinggi mendorong beberapa produsen termasuk pengebor gas serpih di Amerika Serikat. "Saya pikir Anda harus wait and see," ucap Zahir. Dia menambahkan, beberapa produsen bisa jadi meningkatkan produksi sebelum Januari. Banyak analis memperkirakan volatilitas harga minyak pada tahun depan akan terjadi hingga mencapai harga keseimbangan atau norma baru. Rifanfinancindo
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2021
Categories |