Jakarta, Rifan Financindo Berjangka -- Demi mengurangi tekanan dari penurunan kinerja perusahaan, PT Indosat Tbk (ISAT) mulai menghemat pemberian bonus kepada pelanggan. Maklum, perang harga antar operator telekomunikasi ikut menggerogoti kinerja perusahaan dua tahun terakhir. Alexander Rusli, Direktur Utama Indosat mengatakan, perseroan mulai mengurangi pemberian bonus atau diskon sejak dua pekan belakangan ini. Diharapkan, aksi ini dapat merangsang operator telekomunikasi lainnya untuk melakukan hal yang sama, menyudahi perang harga. Sehingga, industri telekomunikasi mampu tumbuh positif. "Kuartal IV ini kami kurangi bonus, karena kan sudah tidak lucu lagi perang harga. Kami mengajarkan operator lain juga jangan perang harga. Kami berharap, yang lain masuk akal dikit dong naikin harga," ujarnya, Senin (21/11). Sayangnya, ia enggan menjelaskan lebih detil pengurangan bonus yang diberikan kepada pelanggannya. Yang pasti, sinyal pengurangan bonus tersebut sudah dilakukan oleh perusahaan. Menurut Alexander, perang harga dan memberikan bonus berlebihan terhadap pelanggan dapat merugikan kedua belah pihak karena pendapatan untuk perusahaan tentunya akan semakin berkurang. "Yang korban nantinya malah pelanggan. Investasi dikurangin, segala macam dikurangin oleh perusahaan. Ya, jadinya nggak bagus untuk siapa-siapa kan. Kami mau juga supaya yang lain sensitif kurangin bonus. Jangan malah ngerusak harga lagi," terang dia. Alexander memprediksi, pertumbuhan pendapatannya pada kuartal keempat kurang lebih dapat sama dengan raihan kuartal ketiga, yaitu 9 persen. Seperti diketahui, pendapatan perusahaan tumbuh menjadi Rp21,52 triliun atau naik 9,92 persen pada kuartal III ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp19,58 triliun. Dari pendapatan tersebut, Indosat berhasil mengantongi laba bersih Rp845,4 miliar dari sebelumnya yang rugi bersih sebesar Rp1,12 triliun. Raihan tersebut disebabkan untung selisih kurs sebesar Rp408,32 miliar. "Sampai kuartal III kan kenaikan sembilan persen, ya sampai akhir tahun kurang lebih sama-lah," imbuhnya. Namun demikian, Alexander masih berhati-hati dalam memprediksi pertumbuhan tahun depan, karena kondisi pasar tahun depan yang tak pasti. Tetapi, ia memastikan, pertumbuhan ponsel pintar akan semakin merajalela tahun depan, dan kebutuhan seseorang terhadap pulsa tidak akan berhenti. "Kan ada faktor gini, orang sebelum beli rokok kebanyakan pada beli pulsa dulu. Jadi, meskipun ada pergolakan, pembelian pulsa tak terganggu. Nah, kami harap, tahun depan masih seperti itu," tutur Alexander. Pun demikian, ia berharap, minimal perusahaan dapat tumbuh sesuai dengan target industri tahun depan yaitu, 7 persen-8 persen. Adapun, belanja modal yang akan disiapkan tahun depan kemungkinan besar sama seperti tahun ini, yaitu Rp6,5 triliun-Rp7 triliun. Rifan Financindo Berjangka
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2021
Categories |