Rifan Financindo || Minyak mentah berjangka jatuh 3% pada Kamis dini hari WIB, membalikkan semua penguatan hari sebelumnya, setelah Badan Informasi Energi (EIA) AS melaporkan persediaan minyak mentah naik untuk minggu kedua berturut-turut dan ini mengecewakan trader yang berorientasi bullish karena mengakibatkan penurunan harga. Minyak mentah West Texas Intermediate} yang diperdagangkan di New York jatuh $3,03, atau 5,3%, pada $54,07 per barel pukul 00.15 WIB, setelah naik 4% pada sesi sebelumnya. Minyak mentah Brent London, patokan minyak di luar AS, jatuh kembali di bawah level kunci $60 per barel. Brent tumbang $2,97, atau 4,9%, mencapai $58,33 setelah melonjak 4,6% Selasa. EIA melaporkan peningkatan 1,6 juta barel minyak mentah dalam sepekan hingga 9 Agustus berbeda dari ekspektasi pasar untuk pengurangan 2,8 juta barel. Badan tersebut juga melaporkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan pasar untuk gasolin dan minyak sulingan, tetapi data ini tidak cukup untuk membalikkan tren pasar. EIA mengatakan persediaan bensin turun 1,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi kenaikan 30.000 barel. Minyak sulingan berkurang 1,9 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan untuk kenaikan 990.000 barel. Di kala periode puncak musim panas di Amerika Serikat belum berakhir hingga Hari Buruh, 2 September, data EIA selama dua minggu terakhir menunjukkan bahwa permintaan minyak mentah yang terpantau selama dua bulan terakhir mulai menurun. Kenaikan dalam laporan terbaru EIA ini memperlihatkan data "pekan lalu bukanlah suatu kebetulan", ujar Matt Smith, analis di Clipperdata, perusahaan pelacakan kargo minyak mentah di New York. Pada minggu sebelumnya hingga 2 Agustus, stok minyak mentah meningkat 2,4 juta barel. Hal ini mengakhiri penurunan beruntun selama tujuh minggu dengan jumlah hampir 50 juta barel. Peningkatan kekhawatiran ekonomi global yang datang kembali juga menekan harga minyak. Yield Treasury 10 Tahun AS jatuh di bawah 2 Tahun, dan ini merupakan kurva yield inversi (terbalik, red) yang terjadi untuk pertama kalinya sejak 2007. "Hal tersebut adalah indikator yang cukup baik akan terjadinya resesi dalam waktu satu tahun jika inversi itu bertahan," urai Tariq Zahir, anggota pengelola hedge fund Tyche Capital Advisors yang berfokus pada minyak di New York. "Bersama dengan tarif perdagangan Cina yang naik dan jauh dari kata selesai maka Anda bisa melihat ledakan harga minyak mentah yang bakal datang," tambah Zahir. Minyak sudah anjlok menjelang rilis data EIA, menyusul data ekonomi yang rendah di Asia sebelumnya. Pertumbuhan produksi industri Cina mencapai titik terendah dalam 17 tahun, data menunjukkan, sementara ekonomi Jerman mengalami kontraksi pada kuartal kedua. Minyak juga telah dipengaruhi oleh volatilitas bulan ini, dengan perang perdagangan AS-Cina menyentak harga minyak mentah bergerak naik-turun. Rifan Financindo || Hingga pembalikan Rabu, WTI telah memperoleh untung sekitar 11% sejak 7 Agustus, pergerakan rebound empat hari terkuat dari Desember 2016. Brent meningkat hampir 9% pada periode yang sama. Baca juga : pt rifan financindo rifanfinancindo rifan financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2021
Categories |