JAKARTA - PT Rifan Financindo || Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah usia lima tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Tercatat, Indonesia menempati peringkat ketujuh sebagai negara dengan angka kematian balita akibat pneumonia.
Rata-rata kematian akibat pneumonia terhadap anak di bawah lima tahun mencapai 25.000 orang per tahun. Kematian akibat penyakit pneumonia menyumbang 17% dari total kematian anak di bawah lima tahun. Pakar ekonomi kesehatan dari Universitas Padjadjaran, Auliya Suwantika mengatakan, mahalnya harga pneumococcal conjugate vaccine (PCV) menjadi masalah pemerintah dalam upaya menekan angka kematian bayi akibat pneumonia di Indonesia. Selain harganya relatif masih mahal, perusahaan vaksin milik pemerintah yakni Bio Farma, juga belum mampu memproduksi vaksin PCV. Akibatnya, mereka melakukan impor untuk mendapatkan vaksin tersebut. "Fakta tersebut perlu menjadi perhatian pemerintah lantaran Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka kematian bayi akibat pneumonia, yang tidak memasukkan vaksin pneumonia sebagai wajib imunisasi dasar," ujarnya. Pneumonia atau radang paru akut merupakan infeksi pada jaringan paru atau lebih spesifiknya (alveoli) disebabkan oleh kuman. Balita yang mengalami pneumonia akan kesulitan bernafas dan menyebabkan kematian. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin dan diobati dengan antibiotik serta pemberian oksigen secara rutin. Namun, di negara-negara miskin, akses pengobatan terhadap penyakit ini seringkali terbatas. Menurut Auliya, pemerintah bisa mendapat harga yang paling murah untuk vaksin PCV melalui penawaran dari Unicef dan Gates Foundation dalam proses pengadaan vaksin PCV. "Indonesia bisa menghemat anggaran pengadaan vaksin PCV hingga Rp3,58 triliun per tahun. Ini opsi yang paling terjangkau," jelasnya. Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Purwanto mengatakan, Indonesia memang mendapat tawaran dari Unicef yang didukung oleh Gates Foundation untuk mendapatkan vaksin PCV dengan harga yang terjangkau, yakni USD2,93 per dosis dari harga normal USD20 per dosis. Namun, pengambilan keputusan pembelian vaksin melalui Unicef tersebut tertunda lantaran skema kontrak pembelian yang belum jelas. Padahal, tenggat waktu pendaftaran pembelian vaksin melalui Unicef pada 31 Desember 2019. "Selama ini kami mengira harus kontrak lima tahun untuk pembelian vaksin tersebut sehingga butuh penganggaran khusus. Padahal sebenarnya tidak. Proses pengadaan bisa dilakukan per tahun dengan skema pembayaran uang muka 30%. Tentu ini lebih mudah karena bisa masuk anggaran Kementerian Kesehatan," ujarnya. PT Rifan Financindo || Menurut Purwanto, pengadaan vaksin PCV melalui Unicef sangat penting untuk menghemat anggaran APBN. Berdasarkan data kebutuhan vaksin pneumokokus tahun 2019-2024 dari Kementerian Kesehatan, perkiraan kebutuhan anggaran apabila menggunakan skema yang selama ini berjalan adalah sebesar Rp9,75 triliun. Baca juga : pt rifan financindo rifanfinancindo rifan financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2021
Categories |