Jakarta || Rifan Financindo || Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimis perekonomian Republik Indonesia akan tumbuh lebih baik dibanding pertumbuhan 2018 yang hanya sebesar 5,17%. Hal ini didukung oleh reformasi struktural yang terus berjalan dan meredanya tekanan eksternal karena melunaknya (dovish) kebijakan moneter Bank Sentral AS, The Federal Reserve The Fed. Adapun bank Sentral memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berada di rentang 5,0-5,4% (yoy). "BI optimistis kinerja ekonomi akan lebih baik, pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, bahkan lebih cepat meningkatnya berkat reformasi struktural," kata Perry saat meluncurkan Buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2018 di Jakarta, Rabu (27/3/2019). Perry mengatakan, reformasi struktural yang telah dilakukan selama empat tahun terakhir akan membuahkan hasil bagi aliran investasi dan konsumsi domestik di tahun ini. Oleh sebab itu, reformasi struktural ekonomi domestik harus dilanjutkan. Reformasi struktural itu ditekankan pada empat aspek, yakni peningkatan daya saing perekonomian nasional. Kemudian reformasi kedua, yakni strategi untuk mengembangkan kapasitas dan kapabilitas sektor industri atau industrialisasi agar dapat mendongkrak ekspor. Strategi ketiga, yakni mengoptimalkan pemanfaatan ekonomi digital termasuk sistem pembayaran. "Reformasi keempat adalah strategi untuk memperluas sumber pembiayaan ekonomi karena kebutuhan pembangunan Indonesia yang masif dan besar," ungkap Perry. Indonesia juga meyakini aliran modal asing dari pasar keuangan global akan semakin deras masuk ke pasar keuangan domestik. Salah satu penyebabnya, arah kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve yang kian moderat dengan proyeksi kenaikan suku bunga acuan The Fed hanya satu kali dalam dua tahun ke depan. Artinya, tekanan dari kenaikan suku bunga negara-negara maju sudah tidak dirasakan lagi seperti pada 2018. Di 2019, Perry menekankan, Bank Sentral akan terus menempuh bauran kebijakan guna memperkuat stabilitas eksternal dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. "Kami tetap menempuh kebijakan moneter yang preemptive dan ahead of the curve," kata Perry. Namun, kebijakan makroprudensial dijanjikan lebih akomodatif dengan stimulus untuk memperdalam pasar keuangan guna menjaga stabilitas di pasar uang dan mendukung pembiayaan ekonomi. || Rifan Financindo || "Kami juga melanjutkan peran kebijakan sistem pembayaran dan mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah hingga di tingkat daerah," kata Perry. Baca juga : pt rifan financindo rifanfinancindo rifan financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2021
Categories |