Jakarta, Rifan Financindo -- Harga minyak berakhir melemah pada perdagangan Rabu (1/3), karena rekor tinggi pasokan AS memunculkan harapan pasar akan menyeimbangkan kondisi di tengah bukti produsen Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mematuhi kesepakatan untuk memangkas produksi. Seperti dilansir dari Reuters, stok minyak mentah di AS, konsumen minyak terbesar dunia, naik 1,5 juta barel pekan lalu, kurang dari perkiraan, tetapi menyentuh rekor di 520,2 juta barel setelah kenaikan delapan minggu berturut-turut. Peningkatan berturut-turut telah memicu kekhawatiran bahwa pertumbuhan permintaan mungkin tidak cukup untuk menyerap kelebihan suplai minyak global, meskipun terdapat kesepakatan dengan para produsen minyak utama untuk memangkas produksi pada paruh pertama tahun ini. Harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) berjangka untuk pengiriman April menetap di US$53,83 per barel, turun 18 sen atau 0,3 persen. Harga minyak mentah Brent berjangka turun 15 sen atau 0,3 persen ke US$56,36 per barel. "Statistik Energy Information Administration (EIA) tidak menawarkan banyak kejutan minggu ini," kata David Thompson, Wakil Presiden Eksekutif Powerhouse, sebuah broker komoditas khusus energi. "Kurangnya permintaan untuk minyak pemanas akan diimbangi dalam beberapa pekan mendatang oleh permintaan sektor pertanian. Tetapi dengan kilang yang kembali beroperasi, pasar terlihat bersiap untuk setiap peningkatan permintaan." Meskipun terdapat reaksi terhadap data, harga minyak tetap terkunci dalam rentang perdagangan yang ketat karena beberapa investor menimbang kepatuhan OPEC terhadap janjinya untuk memangkas produksi. OPEC mengurangi produksi minyaknya untuk bulan kedua di bulan Februari. Survei Reuters menunjukkan, kelompok eksportir itu telah meningkatkan kepatuhan hingga sekitar 94 persen. Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2021
Categories |